Friday, March 6, 2009

Bhineka Tunggal Ika – Manguak keharmonisan dalam keberagaman di Indonesia


Konferensi yang berjudul Unity in Diversity: The Culture of Coexistence in Indonesia (Kesatuan dalam Keberagaman: Budaya Hidup Bersama di Indonesia) telah menampilkan Indonesia sebagai model hidup bersama secara harmonis dalam keragaman budaya dan agama.
Konferensi ini diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Italia dalam kerjasama dengan Komunitas Sant’Egidio pada hari Rabo 4 Maret 2009 di Gedung Kementerian Luar Negeri Italia, Roma.
“Indonesia telah menjadi referensi untuk kehidupan bersama antar budaya dan agama dan dipandang sebagai jembatan antara Barat dan dunia Islam di Timur Jauh,” demikian ungkap Menlu Italia Franco Frattini saat membuka konferensi bersama dengan Menlu Indonesia Hassan Wirajuda.
Hadir sebagai pembicara dari Indonesia antara lain Ketua Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi, Bactiar Effendi dan Azyumardi Azra, keduanya dari UIN Jakarta, Siti Musdah Mulia dari ICRP, Sekjen WALUBI Philip K. Wijaya dan Ketua KWI Mgr. Martinus D. Situmorang OFMCap. Sedang dari pihak Italia, tampil sebagai pembicara antara lain Andrea Riccardi, dosen sejarah kontemporer di Universitas Roma Tre dan pendiri Komunitas Sant’Egidio, dan Mgr. Vincenzo Paglia, Ketua Komisi Dialog dan Ekumenis Konferensi Para Uskup Italia.
Konferensi yang terbagi dalam dua sessi ini pertama membahas tema “Kristiani dan Islam untuk budaya hidup bersama”. Pada sessi kedua dibahas tema “Masyarakat Sipil, Islam dan Kehidupan bersama”
Frattini memuji usaha Indonesia sebagai negara multi kultural dan multi agama yang mendasarkan prinsip kenegaraannya pada Bhinekka Tunggal Ika. “Indonesia dalam sejarahnya telah menghasilkan model Islam yang khas, terbuka dan toleran, Islam alternatif, yang sangat dihargai dan pantas lebih dikenal di Barat,” lanjut Frattini.
Andrea Riccardi memandang Indonesia sebagai laboratorium hidup bersama. Pendiri Komunitas Sant’Egidio ini mengungkapkan perlunya visi untuk bisa membangun identitas diri di dunia yang makin majemuk ini. “Persis di hadapan tantangan global ini, Indonesia menawarkan visi peradaban hidup bersama di antara keberagaman,” tegas Riccardi.
Indonesia memiliki kekayaan keberagaman budaya dengan toleransi dan tradisi spiritualitas yang kuat. Islam di Indonesia sangat terkait dengan tradisi sufisme. Hidup bersama dalam kesatuan yang harmonis bukan berarti menanggalkan identitas iman, melainkan justru menuntut masing-masing semakin mendalam dalam identitas budaya dan agamanya. “Toleransi adalah bagian dari Islam,” demikian ungkap Hasyim Muzadi. “Konflik yang kadang muncul biasanya disebabkan oleh hal-hal yang pada dasarnya bukan langsung menyangkut agama atau iman,” tambah Muzadi.
Keberagaman budaya dan agama di Indonesia menjadi suatu kesempatan baik untuk membangun hidup bersama. Riccardi mengungkapkan bahwa mereka yang tergoda untuk menjadi puritan dan menginginkan homogen, sering kali bertindak demikian karena rasa ketakutan. Mengacu kepada Mahatma Gandhi, Riccardi menambahkan bahwa pembebasan yang sejati adalah tidak adanya rasa takut.
Mgr. Vincenzo Paglia mengungkapkan bahwa kesadaran baru setelah Konsili Vatikan II akan kesatuan rencana Allah untuk seluruh umat manusia menjadi landasan kuat bagi umat Katolik untuk menjunjung tinggi kehidupan bersama yang harmonis.
Sementara itu Mgr. Martinus Situmorang mengingatkan bahwa agama bisa menjadi pemersatu, namun juga bisa diperalat untuk memecah-belah masyarakat. Karenanya Situmorang mengingatkan bahwa “para pemimpin agama adalah kunci dalam usaha membangun kehidupan bersama yang harmonis di antara elemen masyarakat yang berbera-beda dan untuk memperkuat dialog antar mereka.” Ditambahkannya bahwa “ajaran para pemimpin agama harus diarahkan kepada nilai dan tujuan sejati dari agama-agama.” ***

[Artikel ini secara lebih singkat dimuat dalam majalah HIDUP, 29 Maret 2009, hlm. 30]

Untuk berita di media silahkan kunjungi:
Komunitas Sant'Egidio
DetikNews: (1), (2).
The Jakarta Post: (1), (2), (3), (4).
Untuk pendalaman mengenai tema ini, silahkah simak lebih lanjut: (1), (2), (3).


No comments:

Post a Comment